FKMTHI SEBAGAI GARDA TERDEPAN UNTUK MELAWAN PAHAM RADIKALISME DI INDONESIA


            AKP Sugeng dari Polda Kalimantan selatan menyampaikan materi bahaya radikalisme pada konsorium nasional pelantikan pengurus Forum Komunikasi Mahasiswa tafsir Hadis se-Indonesia (FKMTHI ) senin, (16/08) yang dilaksanakan di UIN Antasari, beliau memaparkan bahayanya radikalisme yang tersebar selama ini di masyarakat umum.

Acara yang diselenggarakan oleh FKMTHI dengan membentuk kepanitiaan dari teman teman pengurus wilayah Kalimantan Selatan ini berjalan dengan lancar, diawali dengan sambutan dari Sekjend atau ketua umum FKMTHI yaitu Ach. Sayuti yang memaparkan beberapa hal terkait sejarah terbentuknya FKMTHI sampai bisa memberikan eksistensinya pada saat ini, dilanjutkan sambutan oleh bapak Rektor Kampus UIN Antasari dan bapak walikota Banjarmasin yang mengapresiasi penyelenggaraan acara ini bahkan mendukung sepenuhnya kegiatan FKMTHI.

Setelah selesai pelantikan dilanjutkannya ke acara Simposium Nasional tentang cegah Radikalisasi yang disampaikan langsung oleh AKP Sugeng sebagai perwakilan dari Polda Kalimantan Selatan, pada penyampaiannya yang berlangsung hanya dalam waktu dua jam normal ia memparkan awal munculnya radikalisme serta pengaruhnya terhadap sistem kepemerintahan yang ada di Indonesia. Radikalisme yang bisa saja muncul dari berbagai aspek diantaranya komunitas komunitas yang terbentuk lalu menyebarkan konflik jihad dengan mengatasnamakan Islam, hal ini tentu sangat berbahaya karena justru akan menghancurkan ketahanan Negara yang sudah dibangun dengan landasan pancasila.

Selain itu AKP Sugeng juga menyebutkan mahasiswa harus berperan penting untuk mencegah radikalisme yang selama ini sedikit demi sedikit mulai tersebar, mahasiswa sudah harus bersinergi dengan pemerintah atau kepolisian untuk menindaklanjuti jikalau ada isu terkait radikalisme di lingkungan sekitar agar hal ini bisa diselesaikan bersama melalui  jalur hukum Negara ini, jangan sampai main hakim sendiri yang pada akhirnya radikalisme dilawan dengan radikalisme lagi.

( Hudori/ Red )

Komentar