Hasani Ahmad
Said mengupas munasabah dalam tafsir Al- Mishbah untuk menjawab kritik pedas
para orientalis barat.
Buku yang berjudul “ Diskursus Munasabah Al- Qur’an dalam Tafsir
Al- Mishbah” merupakan suatu buku yang mengkaji munasabah dalam tafsir Al-
Mishbah sangat menarik untuk dibaca, khususnya bagi para kader mufassir
yang akan terjun dalam dunia tafsir al-Qur’an,
buku tersebut memuat banyak penjelasan mengenai munasabah al- Qur’an
selain itu disertai ada beberapa pernyataan orientalis barat mengenai munasabah
dan buku tersebut mampu menjawab dengan mendatangkan beberapa hujjah
(dalil) yang kuat untuk menjawab pernyataan melenceng para orientalis barat.
Buku
ini diterbitkan oleh AMZAH, Bumi Aksara Group. yang bertempat di Jl. Sawo Raya
No.18, Jakarta 13220, merupakan buku cetakan pertama, April 2015. Dengan tebal
23 cm, terdiri dari 5 Bab dan berjumlah xxxii + 294 halaman.
Seorang doktor muda ialah Dr. Hasani Ahmad Said, M.A, yang lahir
pada tanggal 21 Febuari 1982 kota Cilegon- Banten, putra dari Pasangan bapak
Ahmad Syamsuri dan ibu Sunariyah, beliau menyelesaikan pendidikan S1 sampai
dengan S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini beliau merupakan dosen
tetap di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
mengajar mata kuliah “ Membahas Kitab Tafsir ” di Fakultas Ushuluddin UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau juga aktif di bidang tulisan dan menjadi
ketua redaktur Jurnal Al-‘Adalah ( Jurnal Hukum Islam ) Fakultas Syariah IAIN
Raden Intan Lampung, sebagai Anggota Redaktur Jurnal Analisis IAIN Lampung.
Penulis aktif pada kolom opini di beberapa koran lokal dan website. Sehingga tak heran dari keahlian menulisnya
ini melahirkan banyak karya yang telah dituangkannya melalui tulisan, salah
satunya adalah buku yang mengkaji tentang “ Diskursus Munasabah Al-Quran dalam
Tafsir Al- Mishbah ”. beliau berharap dalam tulisannya ini dapat memberikan
ilmu yang bermanfaat khususnya dalam hal ilmu munasabah al-Qur’an sehingga
dapat merasakan keistimewaan dan kemukjizatan al-Qur’an yang luar biasa.
Terlebih banyaknya permasalahan dalam dunia sosial sehingga hadirnya buku ini
dapat dijadikan sebagai rujukan untuk umat islam agar lebih memahami dan
mengamalkan sesuai yang Allah perintahkan dalam Al- Qur’an.
Buku ini mengkaji dalam bidang bahasa karena didalamnya terdapat suatu
kajian khusus mengenai munasabah ( hubungan ). Secara garis besar kita ketahui
bahwa munasabah adalah ilmu yang menerangkan korelasi atau hubungan antara
surah dan ayat yang lain. Dan dalam buku ini diterangkan berbagai bentuk
munasabah dalam Al-Qur’an dengan merujuk pada munasabah yang ditemukan dalam
tafsir al-Mishbah.
Pada awalnya munasabah merupakan suatu kajian yang menyoroti
terhadap sejarah yang mengatakan bahwa turunnya al-Qur’an tidak sesuai dengan
susunan yang banyak dijelaskan dalam kisah nabi Muhammad Saw, seperti yang
banyak disebutkan bahwa turunnya ayat pertama adalah Iqra’, (yang
terdapat dalam surat Al-Alaq 96:1) yaitu ketika nabi berada gua hira, akan
tetapi yang terdapat dalam mushaf utsmani yang ada ditangan kita sekarang
adalah surat al-fatihah, dilanjut surat al- baqarah dan seterusnya, sedangkan ayat
Iqra’ dalam surat al- ‘Alaq berada pada posisi surat ke 96 dalam al-
Qur’an. Sehingga hal ini perlu adanya kajian khusus untuk mengetahui alasan
tersebut disebabkan banyaknya orientalisme yang mencoba menjadikan hujjah atas
dasar pemahaman tersebut.
Kata orientalis berasal dari kata orient yang artinya adalah timur,
maka yang dimaksud dengan orientalis adalah orang barat yang mengkaji terhadap
budaya, bahasa, agama yang berada di timur khususnya yang mereka kaji adalah
al-Qur’an namun kajian orientaslis sangat berseberangan dengan fakta yang sudah
relevan, mereka mencoba mengkritik sesuai dengan beberapa literatur timur yang
sudah mereka pelajari dengan tujuan mengkritik kitab suci al-Quran agar dapat
menyebar luaskan agama kristen diseluruh dunia.
Orientalis telah muncul pada pertengahann abad XIX, setalah
renaissance dan reformasi agama kristen, pada mulanya mereka hanya mengkaji
mengenai agama kristen dengan mempelajari teks-teks kitab suci mereka guna
menyeimbangkan dengan perkembangan yang ada, akan tetapi stelah melakukan
invasi ke timur yang kita kenal sebagai perang salib. Disana mereka banyak mempelajari
terhadap literatur timur sehingga mereka tertarik untuk memahamai dan menguasai
kajian timur yang mencakup terhadap bahasa, budaya, sejarah dan sebagainya.,
maka jelas dalam buku Dr. Hasani halaman 72 mengutip perkataan W. Montogomery
Watt, memetakan ada tiga kajian besar yang mereka perjuangkan, Pertama, karya
yang terarah pada kajian kitab suci. Kedua, terjemah atau alih bahasa al-
Qur’an, dan Ketiga, pemahaman Al-Qur’an. dan jika kita fahami lebih dalam dari
hasil pemetaan yang diperjuangkan oleh orientaslis mereka menjadikan agama dan
politik sebagai acuan dasar untuk menyebarluaskan agama mereka dengan dalih
mengkaji teks – teks al-Qur’an.
Salah satu pernyataan orientalis John Burton menyatakan bahwa Al-Qur’an
sekarang adalah karya Nabi Muhammad, lebih dari itu Theodor Noldeke beranggapan
bahwa Nabi Muhammad pernah lupa mengenai wahyu sebelumnya. Dari pemaparan kedua
orientalis tersebut jelas sangat keliru karena Al- Qur’an merupakan Kalamullah
yang diturunkan kepada Nabi Muhmmad atas perantara malaikat jibril dan hal
ini juga menjawab pernyataan Theodor mengenai nabi pernah lupa, karena
bagaimana mungkin Nabi lupa sedangkan disampingnya selalu dikawal oleh malaikat
Jibril dan Nabi telah dipercaya akan kemaksumannya. Dan masih banyak pernyataan
orientalis lainnya yang tidak dipungkiri jika kita tidak bisa menerangkannya maka
dengan mudah orang orientalis tersebut menguliti pernyataan – pernyataan yang
kita sampaikan, maka dalam buku diskursus ini sangat baik dan jelas menerangkan
bagaimana sistematis susunan al-Qur’an dan bagaimana metode dan lainnya.
Dalam
buku ini menerangkan bahwa turunnya ayat Al-qur’an kepada Nabi Muhammad,
berdasarkan tauqifi yaitu seuatu yang ditetapkan Rasulullah, sehingga ketika
ayat turun Nabi langsung memerintahkan sahabat untuk menuliskannya dan
menyuruhnya untuk meletakan dalam surah dan ayat yang nabi sebutkan. Tetapi untuk mengetahui pernyataan tersebut
perlu adanaya ilmu yang disebut sebagai ilmu Munasabah Al-Qur’an sehingga jelas
kita semakin meyakini akan adanya munasabah dalam al-Qur’an antara satu surah
dengan surah yang lainnya ataupun satu ayat dengan ayat yang lainnya.
Selain itu ilmu munasabah merupakan ilmu yang sangat penting bagi
para mufassir dalam mengkaji ulumul Qur’an karena bilamana sebelum mengetahui
Asbab an-Nuzul biasanya hal yang paling urgensi adalah mengetahui terlebih
dahulu munasabah al-Qur’an. dan buku ini menemukan kajian khusus tentang
munasabah yang terdapat dalam tafsir al-Mishbah. Metode yang digunakan dalam
tafsir al- mishbah adalah metode tahlili yang bercorak adab al-ijtimali
terbukti dalam tafsir al-mishbah bukan hanya penggalian ilmu mengenai bahasa,
fiqh, dan pengetahuan lainnya melainkan juga ditekankan sosial kemasyarakatan
yang akan dijadikan rujukan untuk mengimbangi masyarakat pada zaman sekarang.
Adapun Hasani Ahmad Said dalam bukunya ini menayatakan bahwa M.
Quraish Shihab dalam tafsir al- Mishbah mengemukakan ada enam keserasian mengenai
munasabah atau hubungan bagian- bagian al- Qur’an ialah : Keserasian kata demi
kata dalam satu surah, keserasian kandungan ayat dengan penutup ayat,
keserasian hubungan ayat dengan ayat berikutnya, keserasian awal surah dengan
penutupnya, keserasian penutup surah dengan awal surah sesudahnya dan keserasian
tema surah dengan nama surah.
Maka
dalam keserasian ini sebagai seorang cendikiawan perlulah kita ketahui guna
mengetahui bahwa al-Quran merupakan mukjizat yang abadi sampai hari kiamat
nanti.
Dan
buku berjudul “ Diskursus Munasabah Al- Qur’an dalam Tafsir Al- Mishbah”
tentunya sangat baik sekali dan dirasa sangat perlu dimiliki oleh para kader
mufassir. Karena banyak kelebihan yang terdapat didalamnya diantaranya rujukan
yang digunakan dalam buku tersebut sangatlah lengakap sehingga tidak menjadi
kekhawatiran bagi pembaca ketika mengeluarkan argumen dengan merujuk pada buku
tersebut. Selain itu susunan yang terdapat dalam buku tersebut sangat rapih dan
indah untuk dilihat sehingga terkesan buku tersebut merupakan hasil dari
pengkajian yang mendalam namun terlepas dari kelebihan, pastilah adanya
kekurangan dalam buku tersebut yaitu buku ini menggunakan bahasa – bahasa yang musykil
sulit difahami bagi pemula untuk itu disarankan untuk mempelajari bahasa
indonesia dan kajian ulumul Qur’an untuk dapat merespon dengan baik ilmu – ilmu
yang terdapat dalam buku ini.
Judul : Diskursus Munasabah Al- Qur’an dalam Tafsir
al-Mishbah
Penulis : Dr. Hasani Ahmad Said, MA
Halaman : 294 hlm.
Penerbit : AMZAH, Bumi Aksara
Tahun : 2015
Komentar
Posting Komentar