Dalam buku Dr. Hasani Ahmad said, M.A memaparkan bahwa munasabah al- Qur’an merupakan kajian yang sangat penting dalam membahas ilmu al- Qur’an dan Tafsir, berdasakan sistematis al- Qur’an dalam mushaf usmani yang sekarang kita gunakan ternyata turunnya ayat tersebut tidak berdasarkan kronologisnya. Namun hal itu tidak terlepas dari suatu pernyataan bahwa setiap ayat yang turun, Nabi memberi tahu tempat ayat-ayat itu atau surah-surah sambil memerintah sahabat untuk menulisnya.
Al- Qur’an merupakan kalamullah dan mukjizat yang diberikan kepada Rasulullah, maka sangat pantas bila al-Qur’an merupakan kitab yang agung diantara kitab- kitab sebelumnya, perbedaan pendapat mengenai sistematika al-Qur’an. Segolongan dari mereka yang didukung oleh Al-Qadi Abu Bakar Ibn Al-Anbari dan al- Kirmani dan Ibn Al-Hisar berpendapat bahwa sistematika susunan ayat dan surat dalam al-Qur’an didasarkan kepada tauqifi dari Nabi Saw. Namun golongan lain berpendapat bahwa hal itu berdasarkan atas ijtihad para Sahabat setelah bersepakat dan memastikan bahwa susunan ayat-ayat adalah tauqifi. Maka dari problem itu dibutuhkan ilmu munasabah untuk mengkaji lebih dalam mengenai sistematika susunan al- Qur’an.
Imam Asy-suyuthi mengartikan munasabah sendiri adalah musyakalah yaitu keserupaan dan al-muqarabah kedekatan, maka untuk menjawab apakah susunan ayat dalam al-Quran bersifat ijtihadi atau tauqifi hal ini dipertegas oleh Asy-suyuthi bahwa apabila suatu kata dalam al-Qur’an dikembalikan konteksnya kepada ayat, kalimat atau sebagainya, diakibatkan adanya korelasi suatu makna yang muncul dalam ayat tersebut bisa diperhatikan adanya keserupaan atau kedekatan antara satu ayat tersebut dengan ayat yang diserupainya, dan hubungan itu bisa saja muncul karena adanya ‘Am dan Khash, penalaran (aqly) dan penginderaan (hissi) atau adanya sebab dan akibat dan kedekatan lainnya yang membuat ayat tersebut adanya kedekatan sehinga bisa dijadikan munasabah satu ayat dengan yang lainnya.
lanjut ke halaman berikutnya PART 3
Komentar
Posting Komentar