SEJARAH PONDOK PESANTREN SALAFIYYAH AL-FUTUHIYYAH GARUT PART 3


Diawal perantauannya beliau memang hidup sangat sederhana dan bekerja keras untuk dapat membawa bekal ketika pulang ke rumahnya nanti, pada saat itu selain bekerja  beliau juga sering berhenti dibeberapa mesjid untuk melepas lelahnya namun ada beberapa warga yang meminta untuk mengajari ilmu agama kepada anak-anaknya dan pada saat itu beliau mulai  brinteraksi dengan masyarakat disana yang pada akhirnya dipercaya untuk mengajari beberapa anak, setelah jelang beberapa tahun belaiu pun memutuskan untuk pulang ke halamannya di Garut para anak muridnya yang masih ingin terus mengaji kepada beliau merekapun sampai datang ke Garut untuk meneruskan masa pembelajarannya tentang ilmu agama.
 
Bangunan santri putra pondok pesantren salafiyyah Al-futuhiyyah Garut
Pada awal sekitar tahun 1980-an hanya ada beberapa santri yang mengaji disana dan merekapun menginap di rumah panggung beliau,  yang jika datang hujan rumah tersebut di gotong bersama para santrinya guna menghindari arus hujan yang cukup deras setelah beberapa bulan jumlah santripun bertambah banyak sehingga kapasitas rumah sudah sempit dan tidak cukup lagi untuk di pakai menginap para santrinya akhirnya para santri bersepakat untuk  gotong royong  mendirikan sebuah gubuk kayu yang layak dipakai untuk mereka tidur. Walaupun tempat yang sangat sederhana namun hal itu tidak mengurangi semangat belajar mereka. semakin lelah justru para santri semakin kuat untuk belajar, semakin lelah berkeringat dengan cucuran air berkah semakin semngat untuk mendapatkan keberkahan dari seorang gurunya. karena inti dari perjalan hidup bukan materialisasi tapi hidup yang berkah dan mencari ridho guru.

lokasi bangunan dan halam sekitar pondok pesantren salafiyyah Al-Futuhiyyah- Garut

Beliau kiya'i Abdul Fattah Fatoni terus memikirkan tentang lokasi pondok selanjutnya kerena para santri semakin lama semakin bertambah entah kenapa pada saat itu ada oran tua yang menawarkan lokasi tanah padahal tanah itu masih dipenuhi oleh semak belukar dan pepohonan yang banyak bahkan sangat mustahil jika digunakan sebagai lokasi pesantren. Hal itupun ia bicarakan kepada gurunya Aj. Ahmad Sholahuddin dan beliau menanggapinya dengan sangat baik lalu ketika malam hari usai shalat tahajjud sang guru bermimpi  shalat di lokasi itu dan keesokan harinya sang guru memanggil beliau lalu membicarakan perihal baik terhadap mimpinya  tersebut dan mengatakan bahwa mimpinya itu menunjukan tempat tersebut adalah tempat baik yang akan dibangun sebuah lembaga pendidikan pesantren, hal itupun selalu beliau pegang dalam prinsipnya walaupun memang banyak obrolan orang yang justru ingin menjatuhkan ketika akan merintis pondok akan tetapi dengan prinsip tadi dan dari dukungan seorang istri yang terus sabar dan mensupport untuk terus berjuang. Maka alhamdulillah berkah dari sang guru berdirilah sebuah lembaga Pondok Pesantren Salafiyyah Al-futuhiyyah yang dengan eksistensinya terus berkembang sampai sekarang.

Komentar