Diawal
perantauannya beliau memang hidup sangat sederhana dan bekerja keras untuk
dapat membawa bekal ketika pulang ke rumahnya nanti, pada saat itu selain
bekerja beliau juga sering berhenti
dibeberapa mesjid untuk melepas lelahnya namun ada beberapa warga yang meminta
untuk mengajari ilmu agama kepada anak-anaknya dan pada saat itu beliau mulai brinteraksi dengan masyarakat disana yang pada
akhirnya dipercaya untuk mengajari beberapa anak, setelah jelang beberapa tahun
belaiu pun memutuskan untuk pulang ke halamannya di Garut para anak muridnya
yang masih ingin terus mengaji kepada beliau merekapun sampai datang ke Garut
untuk meneruskan masa pembelajarannya tentang ilmu agama.
Pada
awal sekitar tahun 1980-an hanya ada beberapa santri yang mengaji disana dan
merekapun menginap di rumah panggung beliau,
yang jika datang hujan rumah tersebut di gotong bersama para santrinya
guna menghindari arus hujan yang cukup deras setelah beberapa bulan jumlah
santripun bertambah banyak sehingga kapasitas rumah sudah sempit dan tidak
cukup lagi untuk di pakai menginap para santrinya akhirnya para santri
bersepakat untuk gotong royong mendirikan sebuah gubuk kayu yang layak
dipakai untuk mereka tidur. Walaupun tempat yang sangat sederhana namun hal itu
tidak mengurangi semangat belajar mereka. semakin lelah justru para santri
semakin kuat untuk belajar, semakin lelah berkeringat dengan cucuran air berkah
semakin semngat untuk mendapatkan keberkahan dari seorang gurunya. karena inti
dari perjalan hidup bukan materialisasi tapi hidup yang berkah dan mencari
ridho guru.
lokasi bangunan dan halam sekitar pondok pesantren salafiyyah Al-Futuhiyyah- Garut |
Beliau
kiya'i Abdul Fattah Fatoni terus memikirkan tentang lokasi pondok selanjutnya
kerena para santri semakin lama semakin bertambah entah kenapa pada saat itu
ada oran tua yang menawarkan lokasi tanah padahal tanah itu masih dipenuhi oleh
semak belukar dan pepohonan yang banyak bahkan sangat mustahil jika digunakan
sebagai lokasi pesantren. Hal itupun ia bicarakan kepada gurunya Aj. Ahmad
Sholahuddin dan beliau menanggapinya dengan sangat baik lalu ketika malam hari
usai shalat tahajjud sang guru bermimpi shalat
di lokasi itu dan keesokan harinya sang guru memanggil beliau lalu membicarakan
perihal baik terhadap mimpinya tersebut
dan mengatakan bahwa mimpinya itu menunjukan tempat tersebut adalah tempat baik
yang akan dibangun sebuah lembaga pendidikan pesantren, hal itupun selalu
beliau pegang dalam prinsipnya walaupun memang banyak obrolan orang yang justru
ingin menjatuhkan ketika akan merintis pondok akan tetapi dengan prinsip tadi
dan dari dukungan seorang istri yang terus sabar dan mensupport untuk terus
berjuang. Maka alhamdulillah berkah dari sang guru berdirilah sebuah lembaga
Pondok Pesantren Salafiyyah Al-futuhiyyah yang dengan eksistensinya terus
berkembang sampai sekarang.
Komentar
Posting Komentar