MAKNA DAN SIKAP ISLAM TENTANG : ILHAM, KASYAF, MIMPI, WALI, JIMAT, SIHIR, RAMALAN, PERDUKUNAN, RUQYAH
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Sebagai umat
Islam kita harus mengimani seluruh rukun iman yang ada, agar iman kita semakin
kuat, iman yang berarti “percaya” maksudnya yaitu kita hurus mempercayai semua rukun
tersebut, dan salah satunya kita harus mengimani hal – hal yang ghaib, dan hal
– hal yang ghaib inilah sebagian dari rukun iman yaitu 1.iman kepada Allah SWT,
2.iman kepada malaikat,5.percaya kepada hari akhir,6. Percaya kepada takdir –
takdir Allah. Semua ini adalah hal – hal yang ghaib yang disebut dengan
assam’iyat. Assam’iyat yaitu suatu perkara yang tidak dapat dicapai oleh akal
pikiran manusia seperti ilham, mimpi, sihir, jin, malaikat, surga, neraka, dll.
B.Tujuan
Tulisan ini
bertujuan untuk menambahkan wawasan para pembaca, agar dapat menambah keimana
para pembaca kepada suatu hal yang ghaib, khususnya untuk umat Islam dan
umumnya untuk semua umat manusia.
PEMBAHASAN
1.A. ILHAM
Ilham,
disebut juga intuisi atau inspirasi. Adalah bisikan hati, berupa pengetahuan
yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada hambaNya, baik kepada
Rasulullah maupun selainnya. Ilham sering dianggap oleh orang awam sebagai
sebuah wangsit untuk melakukan sesuatu atau meninggalkannya. Sedemikian
berharganya ilham atau wangsit tersebut, sehingga tidak jarang orang
mengeluarkan biaya yang tidak terhingga, atau melakukan aktivitas dan ritual
yang bermacam-macam untuk bisa mendapatkannya.
Bagaimana
kedudukan ilham dalam Islam? Bisakah dijadikan hujjah atau dalil dalam beramal?
Bagaimana membedakannya dengan yang lainnya? Berikut akan dibahas dalam tulisan
ini.
ILHAM BAGI
PARA NABI DAN RASUL
Ilham bagi
para nabi dan rasul adalah wahyu, sebagaimana firman Allah.
وَمَاكَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ اللهُ
إِلاَّ وَحْيًا أَوْ مِن وَرَآئِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ
بِإِذْنِهِ مَايَشَآءُ إِنَّهُ عَلِىٌّ حَكِيمٌ[1]
Dan tidak
ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan
perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizinNya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
Mujahid
dalam menafsirkan ayat di atas berkata,”Membisikkan di hatinya berupa ilham
dariNya, sebagaimana diilhamkan kepada ibu Musa dan Nabi Ibrahim untuk
menyembelih puteranya. Imam Nawawi berkata, yang dimaksud dengan wahyu pada
ayat tersebut menurut jumhur ulama adalah ilham dan mimpi ketika tidur, dan
keduanya disebut wahyu.
Sebagaimana
wahyu, ilham diterima oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan perantaraan
Malaikat. Beliau mendapatkan sesuatu di hatinya, tanpa mendengar suara
Malaikat, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah,
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ رُوْحَ الْقُدْسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْساً
لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي
الطَّلَبِ [2]
Sesungguhnya
Ruhulqudus (Jibril) membisikkan di hatiku, bahwasanya sebuah jiwa tidak akan
mati kecuali setelah disempurnakan rizkinya dan ajalnya. Dan bertakwalah kepada
Allah dan baiklah dalam berdo’a . [HR Ibnu Hibban dan Hakim, dan di-shahihkan
oleh Syaikh Albani. Adapun
wahyu berupa ilham hanya berupa perasaan dalam hati Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam yang tidak disyaratkan harus ada suara yang didengar. Ini
bisa terjadi pada saat terjaga atau ketika tertidur. Karena seseorang bisa saja
memahami apa yang pernah terjadi dalam mimpinya ketika tidur. Itulah sebabnya,
mimpi seorang nabi juga termasuk wahyu yang harus diterima dan diamalkan
sebagaimana yang dilakukan oleh Ibrahim, ketika bermimpi menyembelih puteranya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Maka tatkala
anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata,"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi, bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab,"Hai
bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Tatkala keduanya telah
berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah
kesabaran keduanya) Dan Kami panggillah dia: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu
telah membenarkan mimpi itu; sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan
kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian
yang nyata.[3]
”Mimpi para
nabi termasuk wahyu juga termasuk wahyu yang diberikan Allah pada para nabi [4].” Ubaid bin
Umar juga berkata demikian, kemudian membaca firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
“Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi, bahwa aku menyembelihmu .[5]
B. KASYAF
hal hal yang termasuk perkara kasyaf
adalah apa yang akan diusahakan manusia besok, dan dimana, dan kapan manusia akan mati,
keburukan dan kebaikan yang akan diperolehnya, segala yang ada diisi hati, hari
kebangkitan, ‘azab yang akan menimpah, Allah, malaikat-malaikat, dan
sebagainya.
Siapapun
tidak dapat mengetahui perkara kasyaf tidak seorang pun dari mahluknya yang
mengetahui perkara tersebut sesungguhnya hanya Allah yang mengetahui segala
perkara gaib dibumi dan dilangit atau peristiwa yang akan terjadi sebagai mana
firman Allah SWT :
قُلْ لَّا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالاَرْضِ
الْغَيْبَ إِالَّا اللهُ[6]
yang
terdapat yang artinya “ katakanlah, tidak ada seorangpun dilangit dan dibumi yang
mengetahui perkara goib kecuali Allah SWT.
C. MIMPI
Beberapa ayat alquran yang menyebutkan perihal mimpi :
Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu:
“Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia.” Dan Kami tidak
menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian
bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran. Dan
Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar
kedurhakaan mereka.[7]
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.[8]
Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi
Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan
disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana
Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu[743] sebelum itu,
(yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.[9]
Beberapa Hadits yang menyebutkan perihal mimpi :
dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa sesungguhnya dia
mendengar Nabi saw bersabda:
“Apabila sesorang dari kamu memihat suatu mimpi yang
menyenangkan maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari Allah swt, maka
hendaknya ia memuji Allah swt (bertauhid) atas mimpinya dan hendaknya ia
memberitahukannya. Dan apabila ia melihat tidak demikian dari yang tidak
menyenangkannya maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari syaitan, maka
hendaklah ia memohon perlindungan (ta’awwudz kepada Allah swt) dari
keburukannya dan janganlah menuturkannya kepada seseorang, maka mimpi itu tidak
membahayakannya (madharat).” [10]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,yang
artinya :
“Tidaklah tinggal dari tanda-tanda kenabian kecuali berita-berita gembira”. Para shahabat bertanya :”apa itu berita-berita gembira?”, Rasulullah saw bersabda: “mimpi yang baik”[11]
“Tidaklah tinggal dari tanda-tanda kenabian kecuali berita-berita gembira”. Para shahabat bertanya :”apa itu berita-berita gembira?”, Rasulullah saw bersabda: “mimpi yang baik”[11]
diriwayatkan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi
saw:
“Sesungguhnya saya telah bermimpi (melihat) kepalaku telah terputus (dari badanku) lalu saya mengikutinya dari belakang, maka Nabi saw mencelanya dan bersabda : “janganlah kamu ceritakan (kepada orang lain) permainan syaithan terhadapmu di dalam mimpi(mu)”[12]
“Sesungguhnya saya telah bermimpi (melihat) kepalaku telah terputus (dari badanku) lalu saya mengikutinya dari belakang, maka Nabi saw mencelanya dan bersabda : “janganlah kamu ceritakan (kepada orang lain) permainan syaithan terhadapmu di dalam mimpi(mu)”[12]
Dari beberapa hadits diatas bisa kita simpulkan bahwa mimpi terbagi kedalam dua bagian :
1. Mimpi Baik,
Yaitu mimpi yang dirasakan oleh si pemimpi berupa sesuatu
yang baik bagi dirinya, bukan berupa kesedihan, atau hal-hal yang dirasakan
menyedihkan, membuat gundah dan gelisah.
Dan juga ada yang mengatakan mimpi baik cirinya tidak di dahului oleh khayalan atau pikiran sebelum tirdur, mimpi benar-benar datang sendirinya. dan tidak terkait dengan kejadian sebelum si pemimpi tertidur.
Mimpi baik datangnya dari Allah Subhanhu wata’ala, dan seyogyanya bagi kita yang mengalami mimpi baik memanjatkan puji dan syukur kepada Nya, dan juga menceritakan mimpi baik ini kepada orang yang dianggap baik. sebagai mana kutipan hadits :
Apabila sesorang dari kamu memihat suatu mimpi yang menyenangkan maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari Allah swt, maka hendaknya ia memuji Allah swt (bertauhid) atas mimpinya dan hendaknya ia memberitahukannya.[13]
Dan juga ada yang mengatakan mimpi baik cirinya tidak di dahului oleh khayalan atau pikiran sebelum tirdur, mimpi benar-benar datang sendirinya. dan tidak terkait dengan kejadian sebelum si pemimpi tertidur.
Mimpi baik datangnya dari Allah Subhanhu wata’ala, dan seyogyanya bagi kita yang mengalami mimpi baik memanjatkan puji dan syukur kepada Nya, dan juga menceritakan mimpi baik ini kepada orang yang dianggap baik. sebagai mana kutipan hadits :
Apabila sesorang dari kamu memihat suatu mimpi yang menyenangkan maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari Allah swt, maka hendaknya ia memuji Allah swt (bertauhid) atas mimpinya dan hendaknya ia memberitahukannya.[13]
2. Mimpi Buruk,
yaitu mimpi yang dirasakan tidak baik oleh si pemimpi,
biasanya mimpi yang menyebabkan rasa sedih, takut, khawatir berlebihan, gundah
dan gelisah.
Mimpi buruk ini datangnya dari syaitan, sebagai musuh utama manusia, syaitan hendak memberikan gangguan dari berbagai arah, salah satunya dari mimpi.
Oleh karenanya Jika seseorang mengalami mimpi yang tidak disukai, disunnahkan melakukan lima perbuatan. Yaitu, mengubah posisi tidur, meludah ke kiri sebanyak tiga kali, memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, bangun dan shalat, dan tidak menceritakan mimpinya kepada siapa pun.
Dan apabila ia melihat tidak demikian dari yang tidak menyenangkannya maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari syaitan, maka hendaklah ia memohon perlindungan (ta’awwudz kepada Allah swt) dari keburukannya dan janganlah menuturkannya kepada seseorang, maka mimpi itu tidak membahayakannya (madharat).”[14]
Mimpi buruk ini datangnya dari syaitan, sebagai musuh utama manusia, syaitan hendak memberikan gangguan dari berbagai arah, salah satunya dari mimpi.
Oleh karenanya Jika seseorang mengalami mimpi yang tidak disukai, disunnahkan melakukan lima perbuatan. Yaitu, mengubah posisi tidur, meludah ke kiri sebanyak tiga kali, memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, bangun dan shalat, dan tidak menceritakan mimpinya kepada siapa pun.
Dan apabila ia melihat tidak demikian dari yang tidak menyenangkannya maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari syaitan, maka hendaklah ia memohon perlindungan (ta’awwudz kepada Allah swt) dari keburukannya dan janganlah menuturkannya kepada seseorang, maka mimpi itu tidak membahayakannya (madharat).”[14]
dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa sesungguhnya dia
mendengar Nabi saw bersabda:
“Apabila sesorang dari kamu memihat suatu mimpi yang
menyenangkan maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari Allah swt, maka
hendaknya ia memuji Allah swt (bertauhid) atas mimpinya dan hendaknya ia
memberitahukannya. Dan apabila ia melihat tidak demikian dari yang tidak
menyenangkannya maka sesungguhnya mimpi itu hanyalah dari syaitan, maka
hendaklah ia memohon perlindungan (ta’awwudz kepada Allah swt) dari
keburukannya dan janganlah menuturkannya kepada seseorang, maka mimpi itu tidak
membahayakannya (madharat).” (HR : Bukhari)
Dari Hadits diatas kita simpulkan, bahwa Islam mengenal adanya mimpi baik dan mimpi buruk.
Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan
penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur,
terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat. Mimpi dapat di
ta’wilkan. Oleh orang-orang yag berilimu. Seperti contoh Nabi Yusuf as yang
mampu menafsirkan mimpi seorang raja Mesir waktu itu. Jadi apabila tidak
memiliki ilmu, janganlah menafsirkan mimpi kita sendiri-sendiri.
Ibnu Hajar berkata,”Fokus pengambilan dalil dari ayat
tersebut, bahwa mimpi para nabi termasuk wahyu. Karena, kalau itu bukan wahyu,
maka tidak boleh dan tidak mungkin Nabi Ibrahim menyembelih puteranya .
D. WALI
Dalam agama Islam dikenal istilah "wali".
Menurut Syekh Yusuf bin Ismail an Nabhani [15], ada dua penjelasan tentang makna wali ini.
Penjelasan pertama, kata al-wali merupakan
bentuk superlatif dari subyek (fa’il), seperti kata al-’alim bermakna yang
sangat alim dan kata al-qadir bermakna yang sangat berkuasa. Maka kata al-wali bermakna
orang yang sangat menjaga ketaatan kepada Allah tanpa tercederai oleh
kemaksiatan atau memberi kesempatan pada dirinya untuk berbuat maksiat.
Penjelasan kedua, kata al-wali merupakan
subjek bermakna objek, seperti kata al-qatil bermakna yang terbunuh dan al-jarih bermakna
yang terluka. Maka kata al-walibermakna orang yang dijaga dan dilindungi oleh Allah Swt,
dijaga terus-menerus dari berbagai macam maksiat dan selamanya mendapat
pertolongan Allah untuk selalu berbuat taat.
Istilah al-wali disebut dalam Al Quran sebagai berikut:
4. “Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah adalah
pelindung (maula) orang-orang beriman dan karena sesungguhnya orang-orang kafir
itu tidak mempunyai pelindung” [19]
Menurut Syekh Yusuf bin Ismail an Nabhani , ditinjau dari
segi etimologis, al-wali berarti yang
dekat. Ketika seorang hamba dekat kepada Allah karena ketaatan dan
keikhlasannya, maka Allah akan senantiasa dekat kepadanya, dengan limpahan
rahmat, keutamaan, dan kebaikan, hingga mencapai jenjang al-wilayah (kewalian).
A. JIMAT
Pengertian jimat didalam kitab risalah al-syirik
disebutkan demikian :
“ menggantungkan
jimat adalah perbuatan orang jahiliah yang mereka mempercayainya dapat menolak
berbagai penyakit “
Dari
pengertian diatas dapat diketahui apa yang dipercaya dan dapat menolak bencana
atau dapat mendatangkan kebaikan lazim kita sebut jimat. Didalam islam jimat
adalah salah satu perbuatan tercela dan kemusyrikan yang nyata seperti didalam
hadits berikut “ barang siapa yang menggantungkn jimat maka Allah tidak akan
menyempurnakan urusannya dan berang siapa menggantungkan benda benda keramat
Allah tidak akan melindunginya.( HR Ahmad dan hakim dan tabrani ).
E. SIHIR
Sihir oleh Ahlussunnah Waljama’ah didefinisikan sebagai
realitas yang aneh. Seolah-olah luar biasa, tapi sebenarnya bukanlah luar
biasa. Orang yang mempelajari sihir biasanya meminta pertolongan dengan jin jin
yang didapatkan melalui perbuatan burukseperti menghafal dan mengucapkan mantra
yang mengandung lafaldz syirik dan pujian terhadap jin.
An-nasafi
mengatakan sihir itu tidak keseluruhan kufur harus diadakan penelitian terhadapnya bila sihir itu
terdapat hal hal yang dapat merusak keimanan maka baru dianggap kufur akan
tetapi jikalau didalamnya tidak ada hal hal yang bertentangan dengan agama maka
tidak apa apa.
Jadi kita
tidak bisa mengatakan sulap itu sihir atau sebagian dari sihir tanpa adanya
suatu penyelidikan. Keliru jika mengatakan semua sihir adalah perbuatan tercela
tanpa mengetahui apakah itu termasuk dalam katagori yang dilarang islam atau
tidak.
F. RAMALAN
Ramalan adalah prediksi mengenai peristiwa-peristiwa yang
akan datang. Bentuk saat ini misalnya, zodiak, shio dan kartu.
Ramalan bila
dilihat dari aspek kebahasaan sendiri terbagi 3 bagian:
a. Ramalan yang berasal dari wahyu Allah SWT kepada para
Nabi dan Rasulnya. Ini terdapat di dalam kitab suci Taurat, Zabur, injil dan Al
Qur’an. Serta ada juga yang disampaikan oleh para Nabi, seperti
Nabi Muhammad SAW di dalam haditsnya.
b. Ramalan ilmiah, ramalan ini dilakukan oleh para ilmuan.
Seperti ramalan cuaca, tanggal kelahiran seorang anak dari ibu hamil.
c. Ramalan mistik, ramalan ini berdasarkan informasi makhluk
ghaib. Yang dilakukan oleh paranormal, dukun dll.
“barang
siapa yang mendatangi dukun atau peramal kemudian membenarkan apa yang
dikatakan, maka dia telah kafir terhadap apa (Al Qur’an) yang diturunkan kepada
Muhammad shallallhu ‘alaihi wasallam.”[21]
G. RUQYAH
Ruqyah dalam prakteknya ialah upaya untuk mengusir jin
dan segala macam gangguannya dengan membaca ayat-ayat Alqur’anul karim. Bagi
jin yang mengganggu dan jahat. Contohnya: mengeluarkan jin jahat yang merasuki
tubuh seseorang.
Hukum ruqyah
didalam islam diperbolehkan, berdasarkan dalil – dalil syar’i di antaranya :“
barang siapa yang menggantungkan sesuatu maka dirinya akan diserahkan
kepadanya.[22]
KESIMPULAN
Makna ilham bisa disebut sebagai ilmu yang diberikan
Allah SWT kepada hambanya atau yang sering kita dengar yaitu ilmu laduni. ilham dan wahyu itu tidak jauh berbeda yang membedakannya
yaitu ilham Allah SWT berikan kepada Rasul dan selainnya, sedangkan wahyu hanya
Allah SWT berikan kepada Nabi dan Rasulnya.
Syekh Yusuf bin Ismail an Nabhani mendefinisikan Wali yaitu orang yang sangat menjaga
ketaatannya kepada Allah SWT tanpa melakukan perbuatan maksiat yang sangat
berbeda sekali dengan kita yang selalu melakukan maksiat.
Perbuatan – perbuatan syirik yang Allah SWT tidak akan
mengampuni dosanya yaitu : “ Percaya kepada dukun, sihir, ramalan, bersekutu
dengan syetan, dll “ itu semua adalah perbuatan – perbuatan yang sangat Allah
SWT tidak menyukainya. Adapun seperti ruqyah itu tergantung perbuatan ruqyah
tersebut jika meruqyahnya dengan bacaan ayat – ayat Al-Qur’an ulama membolehkannya
akan tetapi jika menggunakan jampi-jampi, dll itu bisa termasuk hal yang
diharamkan.
DAFTAR PUSTAKA
Prihadi,
Endra K. Makhluk hulus dalam fenomena kemusyrikan, Salemba Diniyah, 2004, Edisi
pertama : Jakarta
Al
Qaradhawi, Yusuf. Aqidah Akhlak, 1994 : jakarta
Komentar
Posting Komentar