PERADABAN ISLAM INDONESIA
Makalah ini di
susun untuk memenuhi tugas Sejarah Peradaban Islam
Disusun oleh :
|
|
Ahmad Hudori
|
11150340000146
|
TAFSIR HADIS
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Peradaban Islam Indonesia tidak terlepas dari pengaruh peradaban Islam di
belahan bumi lain. Untuk itu mengetahui tentang sejarah peradaban islam di
Indonesia sangatlah penting, karena dengan banyak mengetahui beberapa faktor
berkembangnya peradaban di Indonesia akan membuat kita semakin mengenal tentang
peradaban islam di Indonesia yang nanti akan dibahas ke dalam beberapa fase.
Indonesia menjadi negara terbesar jumlah penduduk Muslimnya di dunia ini.
Fenomena yang luar biasa ini, menarik berbagai kalangan dari sejarahwan modern
untuk menguak lebih dalam, bagaimana Islam bisa masuk di Indonesia
Untuk mengetahui lebih mendalam
akan peradaban islam di indonesia maka kita harus mengamati mulai dari islam
masuk, penyebaran, pengamalan, perkembangan, dan kondisi yang sekarang kita
alami di indonesia. Sebab, peristiwa sejarah merupakan problematika khusus yang
meliputi dimensi waktu masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang.
Dalam makalah saya akan menitik beratkan pada bagaimana peradaban ini mulai
masuk dan mulai dibangun.Namun, tetap akan saya coba paparkan alur sejarahnya
secara singkat. Demi mengetahui historisitasnya. Sebab, dalam perjalanannya
islam di indonesia banyak sekali mangalami akulturasi dan ikut berperan dalam
perubahan keadaan di Indonesia.
B. Pokok Bahasan
1. Bagaimana sejarah masuknya Islam
ke Indonesia ?
2. Apa saja pusat peradaban Islam
yang berkembang di Indonesia ?
3. Kerajaan Islam apa saja yang
ada di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah masuknya
Islam ke Indonesia
Saat islam untuk pertama kalinya datang ke
Indonesia, pada waktu itu berbagai kepercayaan dan agama seperti Budha, Hindu,
dinamisme dan anisme sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia. Bahkan
disebagian besar wilayah Indonesia sudah berdiri kerajaan-kerajaan yang
menganut agama Budha dan Hindu. Contohnya, kerajaan Sriwijaya di Sumatera,
kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat dan
masih banyak kerajaan yang lainnya. Akan tetapi, Islam datang ke
wilayah-wilayah itu bisa diterima dengan baik, sebab Islam datang dengan cara
yang baik pula, mereka pembawa ajaran Islam datang dengan prinsip-prinsip
persamaan antar manusia, perdamaian, ketentraman, serta menghilangkan kasta dan
perbudakan yang sebelumnya sering terjadi di wilayah itu. Sehingga, tidak ada
paksaan dari masyarakat di sana saat diajak untuk mengucapkan dua kalimah
syahadat, mereka melakukannya dengan senang hati.
Menurut Ahmad Mansur proses masuk dan
berkembangnya agama Islam di Indonesia terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat,
teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut ialah :
1.
Teori Gujarat
Teori Gujarat berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13
dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini
adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur
Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297
yang bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard
H.M. Vlekke. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia
(Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia
menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan
banyak pedagang dari India yang menyebarkan ajaran Islam. Selain itu Gujarat
melakukan hubungan dagang langsung dengan malaka pada waktu itu. Dengan
demikian malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih ke Barat lagi
dari Gujarat, perjalanan laut melintasu Laut Arab. Dari sana perjalanan
bercabang dua. Jalan pertama disebelah utara menuju Teluk Oman, melalui Selat
Ormuz, ke Teluk Persia. Jalan kedua melalui teluk Aden dan Laut Merah, dan dari
kota Suez jalan perdagangan harus melalui daratan ke Kairo dan Iskandariah.
Melalui jalan pelayaran tersebut, kapal-kapal Arab, Persia, dan India mondar
mandir dari Barat ke Timur dan terus ke negeri Cina dengan menggunakan angin
musim untuk pelayaran pulang perginya.[1]
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap
teori lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 H di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab) : dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh
mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi dan beraliran syiah
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut
berasal dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para
ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan
politik.
Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7
dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab
sendiri.
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia
dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di
Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari
Iran yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk
tanda tanda bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik.
Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan
kelemahannya.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan
kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa
Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami
perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam
adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).[2]
Azra menyebutkan kebangkitan Islam di Nusantara sejak
kebangkitan Islam sampai paruh kedua abad -17 menempuh beberapa fase.Fase
pertama, kasarnya sejak akhir abad ke - 8 M sampai ke-12 M hubungan hubungan
yang ada umumnya berkenaan dengan perdagangan.Inisiatif dalam hubungan hubungan
semacam ini kebanyakan diprakarsai Muslim Timur Tengah, khususnya arab dan
persia. Dalam fase berikutnya sampai akhir abad ke -15, hubungan antara kedua
kawasan mulai mengambil aspek aspek lebih luas.Muslim Arab dan Persia apakah pedagang
atau pengembara sufi, mulai mengintensifikasikan penyebaran Islam di berbagai
wilayah Nusantara. Pada tahap ini hubungan hubungan keagamaan dan kultural
terjalin lebih erat.Tahap ketiga adalah sejak abad ke-16 sampai paruh kedua
abad ke-17.Dalam masa ini hubungan hubungan yang terjalin lebih bersifat
politik di samping keagamaan.[3]
Dalam konteks Islam Indonesia, isu penting yang berkembang sejak awal
proses Islamisasi adalah sufisme.Di setiap wilayah mana Islam Islam berkembang
baik level kerajaan maupun masyarakat, sufisme senantiasa mewarnai secara
keseluruhan gambaran Islam yang muncul. Islam di Indonesia disebarluaskan
melalui kegiatan kaum pedagang dan sufi[4]
yang disebut kemudian dengan neo-sufisme.
B. Pusat peradaban Islam
di Indonesia
Islam dapat
berkembang di Indonesia disebabkan dengan
penempatan pusat-pusat lingkaran peradaban di tiga titik yang tepat.
yaitu istana, pesantren, dan pasar ialah :
1.
Istana
Istana sebagai pusat
kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan kehidupan sosial. Kedatangan
Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan
secara damai. Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan dan
kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana, maka
istana dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang
menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagag Muslim
yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran perdagangan. Hal itu
bukanlah karena persoalan agama tetapi karena dorongan politis untuk menguasa
kerajaan-kerajaan di sekitarnya.[5]
2.
Pesantren
Peran pesantren, atau
dayah dan meunasah di Aceh, surau di Minangkabau, semakin menonjol pada abad
ke-18 M di seluruh pelosok Nusantara. Lembaga yang semula bersifat kedaerahan
ini berkembang menjadi lembaga supra-daerah yang kepemimpinan dan peserta
didiknya tidak lagi berdasarkan kesukuan. Ia tumbuh menjadi lembaga universal
yang menerima guru dan murid tanpa memandang latar belakang suku dan daerah
asal. Pada masa itulah, pesantren atau dayah mampu membentuk jaringan
kepemimpinan intelektual dan penyebaran agama dalam berbagai tingkatan dan
antar daerah. Selain itu pesantren merupakan sebuah instansi pendidikan yang
sangat baik. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama, dan kiai
mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke
kampung masing- masing kemudia berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan islam.
Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya
dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren Giri ini banyak yang diundang ke
Maluku untuk mengajarkan agama Islam.[6]
3.
Pasar
Pasar berperan di
bidang ekonomi dan perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-
7 hingga ke- 16 M. Membuat pedagang-pedagang Muslim ( Arab, Persia dan India )
turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara
dan Timur Benua Asia[7].
Pasar merupakan daerah pemukiman para saudagar, kaum terpelajar, dan kelas
menengah lain, termasuk para perajin, yang berhadapan langsung dengan situasi
kultural yang sedang berkembang. Di sini orang dari berbagai etnik dan ras yang
berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah
perdagangan, politik, sosial, dan keagamaan. Di sini pula perkembangan bahasa
Melayu mengalami dinamika yang menentukan bagi luasnya penyebarannya ke
berbagai wilayah Nusantara lain.
Di tengah komunitas
yang majemuk ini terdapat masjid yang merupakan tempat mereka berkumpul dan
menghadiri pengajian-pengajian keagamaan. Di sini pula madrasah-madrasah
didirikan, dan buku-buku keagamaan didatangkan dari negeri Arab dan Persia,
dikirim ke pesantren untuk disalin, disadur, atau diterjemahkan agar dapat
disebarluaskan. Di sini pula dirancang strategi penyebaran agama mengikuti
jaringan-jaringan emporium yang telah mereka bina sejak lama. Tentu saja, tiga
titik pusat peradaban ini saling mendukung satu dengan yang lain, dan saling
berinteraksi. Ini tercermin dalam tatanan kota yang dibangun pada zaman
kejayaan imperium dan emporium Islam.
C.
Kerajaan Islam di Indonesia
1.
Samudera Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai. Kemunculannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke 13 M. sebagai dalil dari proses islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya[8] Bukti berdirinya kerajaan ini adalah nisan kubur, yang diketahui bahwa raja pertamanya meninggal bulan Ramadhan tahun 696 H, atau sekitar tahun 1297 M.
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai. Kemunculannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke 13 M. sebagai dalil dari proses islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya[8] Bukti berdirinya kerajaan ini adalah nisan kubur, yang diketahui bahwa raja pertamanya meninggal bulan Ramadhan tahun 696 H, atau sekitar tahun 1297 M.
Malik al-Saleh adalah raja
pertama sekaligus pendirinya. Hal itu diketahui melalui tradisi Hikayat
Raja- raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga penelitian atas beberapa sumber.
Pendapat bahwa Islam sudah
berkembang di sana sejak awal abad ke-13 M, didukung oleh berita Cina dan
pendapat Ibn Batutah, seorang pengembara terkenal asal Maroko, yang pada
pertengahan abad ke-14 M ( tahun 746 H/ 1345 M) mengunjungi Samudera Pasai
dalam perjalanannya dari Delhi ke Cina. Ketika itu Samudera Pasai diperintah
oleh Sultan Malik Al-Zahir, putra Sultan Malik Al-Saleh. Menurut sumber-sumber
Cina, pada awal tahun 1282 M kerajaan kecil Sa-mu-ta-la ( Samudera ) mengirim
kepada raja Cina duta-duta yang disebut dengan nama-nama muslim yakni Husein
dan Sulaiman[9]. Ibnu Batutah menyatakan
bahwa Islam sudah hampir satu abad lamanya disiarkan di sana. Berdasarkan
beritanya pula, Kerajaan Samudera Pasai ketika itu merupakan pusat studi agama
Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dari berbagai negeri Islam untuk
berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan keduniaan.
Dari segi politik, munculnya
kerajaan Samudera Pasai abad ke-13 M itu sejalan dengan suramnya peranan
maritim kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya memegang peranan penting di kawasan
Sumatera dan sekelilingnya.
Kerajaan Samudera Pasai
berlangsung sampai tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M, kerajaan ini ditaklukan
oleh portugis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudia tahun 1524 M
dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughatsyah. Selanjutnya, kerajaan Samudera Pasai
berada di bawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh
Darussalam[10].
2.
Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh
terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar.
Disini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan sebenarnya
berdiri. Anas Machmud berpendapat, Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15M, di
atas puing – puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah ( 1465- 1497 M). Dialah
yang membangun kota Aceh Darussalam[11].
Menurutnya, pada masa pemerintahannya Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan
dalam bidang perdagangan, karena saudagar-saudagar Muslim yang sebelumnya
berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah mereka dikuasai
Portugis ( 1511 M ). Sebagai akibat penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan
dagang yang sebelumnya dari laut Jawa ke utara melalui Selat Karimata terus ke
Malaka, pindah melalui selat Sunda dan menyusur pantai Barat Sumatera, terus ke
Aceh. Dengan demikian, Aceh menjadi ramai dikunungi oleh para saudagar dari
berbagai negeri.
Puncak kekuasaan Aceh terletak
pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda ( 1608- 1637). Pada masanya Aceh
menguasai seluruh pelabuhan di pesisir Timur dan Barat Sumatera. Dari Aceh,
Tanah Gayo yang berbatasan diislamkan, juga Minagkabau. Hanya orang- orang
Kafir Batak yang berusaha menangkis kekuatan- kekuatan Islam yang datang,
bahkan mereka melangkah lebih jauh sampai meminta bantuan Portugis[12].
Sultan Iskandar tidak terlalu bergantung kepada bantuan Turki Usmani yang
jaraknya jauh. Untuk mengalahkan Portugis, Sultan kemdian bekerja sama dengan
musuh Portugis, yaitu Belanda dan Inggris.
Tidak seperti Iskandar Muda yang
memerintahkan dengan tangan besi, penggantinya, Iskandar Tsani, bersikap lebih
liberal, lembut dan adil. Pada masanya, Aceh terus berkembang untuk masa
beberapa tahun. Pengetahuan agama menjadi pesat. Akan tetapi kematiannya
diikuti oleh masa-masa bencana. Setelah itu, pemulihan kembali kesultanan tidak
banyak bermanfaat, sehingga menjelang abad ke- 18 M kesultanan Aceh merupakan
bayangan belaka dari masa silam dirinya, tanpa kepemimpinan dan kacau balau[13].
3.
Demak
Saat posisi Raja Majapahit melemah, penguasa-penguasa Islam di pesisir ingin membentuk pusat kekuasaan yang independen. Maka di bawah Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi raja pertama kerajaan Demak dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama[14]. Pemerintahannya berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Dan pemerintahannya tidak berlangsung lama karena, Sunan Prawoto sendiri kemudian dibunuholeh Aria Penansang dari jipang (Bojonegoro) pada tahun 1549. Dengan demikian, kerajaan Demak berakhir dan dilanjutkan oleh kerajaan Pajang di bawah Jaka Tingkir yang berhasil membunuh Aria Panangsang.
Saat posisi Raja Majapahit melemah, penguasa-penguasa Islam di pesisir ingin membentuk pusat kekuasaan yang independen. Maka di bawah Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi raja pertama kerajaan Demak dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama[14]. Pemerintahannya berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Dan pemerintahannya tidak berlangsung lama karena, Sunan Prawoto sendiri kemudian dibunuholeh Aria Penansang dari jipang (Bojonegoro) pada tahun 1549. Dengan demikian, kerajaan Demak berakhir dan dilanjutkan oleh kerajaan Pajang di bawah Jaka Tingkir yang berhasil membunuh Aria Panangsang.
4.
Pajang
Kesultanan Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris kerajaan Islam Demak. Kesultanan yang terletak di daerah Kartasutra sekarang itu merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di daerah pedalaman pulau jawa. Diperintah oleh Jaka Tingkir. Kekuasan dan kebesarannya tidak lama dan kemudian diambil alih oleh kerajaan Mataram. Jaka Tingkir adalah penguasa Pajang pertama, ia berasal dari Pengging, lereng Gunung Merapi, sekaligus menantu dari Sultan Trenggono, raja Demak ketiga. Setelah menjadi raja yang paling berpengaruh di pulau jawa, ia bergelar Sultan Adiwijaya, pada masanya Sejarah Islam di Jawa mulai dalam bentuk baru, titik politik bepindah dari pesisir ( Demak) ke Pedalaman.peralihan pusat politik itu membawa akibat yang sangat besar dalam perkembangan peradaban Islam di Jawa.
Kesultanan Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris kerajaan Islam Demak. Kesultanan yang terletak di daerah Kartasutra sekarang itu merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di daerah pedalaman pulau jawa. Diperintah oleh Jaka Tingkir. Kekuasan dan kebesarannya tidak lama dan kemudian diambil alih oleh kerajaan Mataram. Jaka Tingkir adalah penguasa Pajang pertama, ia berasal dari Pengging, lereng Gunung Merapi, sekaligus menantu dari Sultan Trenggono, raja Demak ketiga. Setelah menjadi raja yang paling berpengaruh di pulau jawa, ia bergelar Sultan Adiwijaya, pada masanya Sejarah Islam di Jawa mulai dalam bentuk baru, titik politik bepindah dari pesisir ( Demak) ke Pedalaman.peralihan pusat politik itu membawa akibat yang sangat besar dalam perkembangan peradaban Islam di Jawa.
Sultan Pajang meninggal dunia
tahun 1587 dan dimakamkan di Butuh, suatu daerah di sebelah barat taman
kerajaan Pajang. Riwayat Pajang berakhir tahun 1618. Kerajaan Pajang waktu itu
memberontak terhadap Mataram yang ketika itu di bawah Sultan Agung. Pajang
dihancurkan, rajanya melarikan diri ke Giri dan Surabaya.
5.
Mataram
Awal dari kerajaan Islam Mataram adalah ketika Pangeran Benawa anak dari Sultan Adiwijaya, meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang tersebut di atas. Sebagai hadiah atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian.
Awal dari kerajaan Islam Mataram adalah ketika Pangeran Benawa anak dari Sultan Adiwijaya, meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang tersebut di atas. Sebagai hadiah atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian.
Pada tahun 1577 M, Ki Gede
Pemanahan menempati istana barunya di Mataram, dia digantikan oleh putranya,
Senopati, tahun 1584 dan dikukuhkan oleh Sultan Pajang. Senopatilah yang
dipandang sebagai Sultan Mataram pertama, setelah Pangeran Benawa, menawarkan
kekuasaan kekuasaan atas Pajang kepada Senopati. Meskipun Senopati menolak dan
hanya meminta pusaka kerajaan[15],
namun dalam tradisi Jawa, penyerahan benda – benda pusaka itu sama artinya dengan
penyerahan kekuasaan.
Senopati kemudian berkeinginan
menguasai juga semua raja bawahan pajang, tetapi ia tidak dapat pengakuan dari
para penguasa Jawa Timur sebagai pengganti Raja Demak dan kemudian Pajang.
Melalui perjuangan berat, peperangan demi peperangan, barulah ia berhasil
menguasai sebagian.
Senopati meninggal tahun 1601 M,
dan digantikan oleh putranya Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613
M. Dan setelahnya masa pemerintahan hampir tidak reda dari konflik. Pada tahun
1677 M dan 1678 M, pemberontakan para ulama muncul kembali dengan tokoh spiritual Raden Kajoran.
Pemberontakan –pemberontakan seperti itulah yang mengakibatkan runtuhnya kraton
Mataram.
BAB III
PENUTUP
Demikian Pemaparan makalah peradaban Islam di Indonesia, yang tentu tidak
menutup kita untuk lebih mengetahui dari tulisan makalah ini. Banyak hal lain
yang juga sangat penting untuk dimengerti, supaya kita bisa berbangga atas
perjuangan pendahulu kita yang melewati jalan yang berliku namun berakhir
dengan kejayaan, yang sampai detik ini dapat kita rasakan. Semoga Allah
memberikan balasan yang terbaik kepada pendahulu kita yang berjuang
menyampaikan risalah Islam kepada manusia. Dan pada akhirnya mohon maaf atas
segala kekurangan dan kekhilafan dari penulisan makalah ini. Wallahu A’lam bish
Shawab.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yatim MA, Drs Badri.1995. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers
2. Azyumardi Azra (Ed), Perspektif Islam di Asia Tenggara,
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
3.
Taufik
Abdullah (Ed). Sejarah Umat Islam Indonesia, Jakarta : MUI
4.
Anas Machmud, “ Turun Naiknya Peranan
Kerajaan Aceh Darussalam Di Pesisir Timur Pulau Sumatera”, dalam A. Hasymy
5.
Uka
Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, Jakarta : PN Balai
Pustaka
6.
Lapidus,Ira.M, sejarah sosial umat Islam , Jakarta: PT Raja grafindo
[1] Uka
Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta : PN
Balai Pustaka, 1984), hlm.122
[2] Dwi Hartini, Masuknya pengaruh Islam di
Indonesia, Selasa, 09 agustus 2011, 12.35 Muhamadiyah file.php/1/materi/ sejarah/ masuknya
pengaruh Islam di Indonesia.
[3] Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah
dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVII: Akar Pembaharuan Islam Indonesia, (Jakarta: kencana Prenada Media
Group,2004 edisi revisi hal.50
[5] Uka
Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta : PN
Balai Pustaka, 1984), hlm. 26-27
[6] Dr.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta- Rajawali Pers. 2008
hlm.203
[7] Dr.
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta- Rajawali Pers. 2008
hlm.200
[8] Uka
Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta : PN
Balai Pustaka, 1984), hlm. 3
[9] H. J. De
Graaf, “ Islam di Asia Tenggara sampai Abad ke- 18” dalam Azyumardi Azra
(Ed), Perspektif Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1989), hlm 3
[10] Taufik
Abdullah (Ed). Sejarah Umat Islam Indonesia, ( Jakarta : MUI, 1992 ),
hlm.55
[11] Anas
Machmud, “ Turun Naiknya Peranan Kerajaan Aceh Darussalam Di Pesisir Timur
Pulau Sumatera”, dalam A. Hasymy, op. Cit., hlm 286
[12] H. J.
De Graaf, “ Islam di Asia Tenggara sampai Abad ke- 18” dalam Azyumardi
Azra (Ed), Perspektif Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1989), hlm 6
[13] H. J.
De Graaf, “ Islam di Asia Tenggara sampai Abad ke- 18” dalam Azyumardi
Azra (Ed), Perspektif Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1989), hlm 7
[14] Taufik
Abdullah (Ed). Sejarah Umat Islam Indonesia, ( Jakarta : MUI, 1992 ),
hlm. 69
[15] H. J.
De Graaf, “ Islam di Asia Tenggara sampai Abad ke- 18” dalam Azyumardi
Azra (Ed), Perspektif Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1989), hlm 95
Komentar
Posting Komentar