PERADABAN ISLAM INDONESIA


PERADABAN ISLAM INDONESIA
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Sejarah Peradaban Islam

Disusun oleh :

      Ahmad Hudori
11150340000146







TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH 
JAKARTA
2016






BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah

Peradaban Islam Indonesia tidak terlepas dari pengaruh peradaban Islam di belahan bumi lain. Untuk itu mengetahui tentang sejarah peradaban islam di Indonesia sangatlah penting, karena dengan banyak mengetahui beberapa faktor berkembangnya peradaban di Indonesia akan membuat kita semakin mengenal tentang peradaban islam di Indonesia yang nanti akan dibahas ke dalam beberapa fase.
Indonesia menjadi negara terbesar jumlah penduduk Muslimnya di dunia ini. Fenomena yang luar biasa ini, menarik berbagai kalangan dari sejarahwan modern untuk menguak lebih dalam, bagaimana Islam bisa masuk di Indonesia
Untuk mengetahui lebih mendalam akan peradaban islam di indonesia maka kita harus mengamati mulai dari islam masuk, penyebaran, pengamalan, perkembangan, dan kondisi yang sekarang kita alami di indonesia. Sebab, peristiwa sejarah merupakan problematika khusus yang meliputi dimensi waktu masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang.
Dalam makalah saya akan menitik beratkan pada bagaimana peradaban ini mulai masuk dan mulai dibangun.Namun, tetap akan saya coba paparkan alur sejarahnya secara singkat. Demi mengetahui historisitasnya. Sebab, dalam perjalanannya islam di indonesia banyak sekali mangalami akulturasi dan ikut berperan dalam perubahan keadaan di Indonesia.
B. Pokok Bahasan
1. Bagaimana sejarah masuknya Islam ke Indonesia ?
2. Apa saja pusat peradaban Islam yang berkembang di Indonesia ?
3. Kerajaan Islam apa saja yang ada di Indonesia ?






BAB II

PEMBAHASAN

A.  Sejarah masuknya Islam ke Indonesia
Saat islam untuk pertama kalinya datang ke Indonesia, pada waktu itu berbagai kepercayaan dan agama seperti Budha, Hindu, dinamisme dan anisme sudah banyak dianut oleh bangsa Indonesia. Bahkan disebagian besar wilayah Indonesia sudah berdiri kerajaan-kerajaan yang menganut agama Budha dan Hindu. Contohnya, kerajaan Sriwijaya di Sumatera, kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, Kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat dan masih banyak kerajaan yang lainnya. Akan tetapi, Islam datang ke wilayah-wilayah itu bisa diterima dengan baik, sebab Islam datang dengan cara yang baik pula, mereka pembawa ajaran Islam datang dengan prinsip-prinsip persamaan antar manusia, perdamaian, ketentraman, serta menghilangkan kasta dan perbudakan yang sebelumnya sering terjadi di wilayah itu. Sehingga, tidak ada paksaan dari masyarakat di sana saat diajak untuk mengucapkan dua kalimah syahadat, mereka melakukannya dengan senang hati.
Menurut Ahmad Mansur proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia. Ketiga teori tersebut ialah :
1.    Teori Gujarat
Teori Gujarat berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam  di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang        bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia)  yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang dari India yang menyebarkan ajaran Islam. Selain itu Gujarat melakukan hubungan dagang langsung dengan malaka pada waktu itu. Dengan demikian malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih ke Barat lagi dari Gujarat, perjalanan laut melintasu Laut Arab. Dari sana perjalanan bercabang dua. Jalan pertama disebelah utara menuju Teluk Oman, melalui Selat Ormuz, ke Teluk Persia. Jalan kedua melalui teluk Aden dan Laut Merah, dan dari kota Suez jalan perdagangan harus melalui daratan ke Kairo dan Iskandariah. Melalui jalan pelayaran tersebut, kapal-kapal Arab, Persia, dan India mondar mandir dari Barat ke Timur dan terus ke negeri Cina dengan menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang perginya.[1]

2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori  lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 H di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab) : dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi dan beraliran syiah
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik.
Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.

3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda tanda  bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e.  Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik.
Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat. Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).[2]
Azra menyebutkan  kebangkitan Islam di Nusantara sejak kebangkitan Islam sampai paruh kedua abad -17 menempuh beberapa fase.Fase pertama, kasarnya sejak akhir abad ke - 8 M sampai ke-12 M hubungan hubungan yang ada umumnya berkenaan dengan perdagangan.Inisiatif dalam hubungan hubungan semacam ini kebanyakan diprakarsai Muslim Timur Tengah, khususnya arab dan persia. Dalam fase berikutnya sampai akhir abad ke -15, hubungan antara kedua kawasan mulai mengambil aspek aspek lebih luas.Muslim Arab dan Persia apakah pedagang atau pengembara sufi, mulai mengintensifikasikan penyebaran Islam di berbagai wilayah Nusantara. Pada tahap ini hubungan hubungan keagamaan dan kultural terjalin lebih erat.Tahap ketiga adalah sejak abad ke-16 sampai paruh kedua abad ke-17.Dalam masa ini hubungan hubungan yang terjalin lebih bersifat politik di samping keagamaan.[3]
Dalam konteks Islam Indonesia, isu penting yang berkembang sejak awal proses Islamisasi adalah sufisme.Di setiap wilayah mana Islam Islam berkembang baik level kerajaan maupun masyarakat, sufisme senantiasa mewarnai secara keseluruhan gambaran Islam yang muncul. Islam di Indonesia disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan sufi[4] yang disebut kemudian dengan neo-sufisme.



B.  Pusat peradaban Islam di Indonesia
Islam dapat berkembang di Indonesia disebabkan dengan  penempatan pusat-pusat lingkaran peradaban di tiga titik yang tepat. yaitu istana, pesantren, dan pasar ialah :
1.    Istana
Istana sebagai pusat kekuasaan berperan di bidang politik dan penataan kehidupan sosial. Kedatangan Islam dan penyebarannya kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai. Apabila situasi politik suatu kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana, maka istana dijadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang menghendaki kekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagag Muslim yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran perdagangan. Hal itu bukanlah karena persoalan agama tetapi karena dorongan politis untuk menguasa kerajaan-kerajaan di sekitarnya.[5]
2.    Pesantren
Peran pesantren, atau dayah dan meunasah di Aceh, surau di Minangkabau, semakin menonjol pada abad ke-18 M di seluruh pelosok Nusantara. Lembaga yang semula bersifat kedaerahan ini berkembang menjadi lembaga supra-daerah yang kepemimpinan dan peserta didiknya tidak lagi berdasarkan kesukuan. Ia tumbuh menjadi lembaga universal yang menerima guru dan murid tanpa memandang latar belakang suku dan daerah asal. Pada masa itulah, pesantren atau dayah mampu membentuk jaringan kepemimpinan intelektual dan penyebaran agama dalam berbagai tingkatan dan antar daerah. Selain itu pesantren merupakan sebuah instansi pendidikan yang sangat baik. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama, dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing- masing kemudia berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya dan Sunan Giri di Giri. Keluaran pesantren Giri ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam.[6]

3.    Pasar
Pasar berperan di bidang ekonomi dan perdagangan. Kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke- 7 hingga ke- 16 M. Membuat pedagang-pedagang Muslim ( Arab, Persia dan India ) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian barat, tenggara dan Timur Benua Asia[7]. Pasar merupakan daerah pemukiman para saudagar, kaum terpelajar, dan kelas menengah lain, termasuk para perajin, yang berhadapan langsung dengan situasi kultural yang sedang berkembang. Di sini orang dari berbagai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran tentang masalah perdagangan, politik, sosial, dan keagamaan. Di sini pula perkembangan bahasa Melayu mengalami dinamika yang menentukan bagi luasnya penyebarannya ke berbagai wilayah Nusantara lain.
Di tengah komunitas yang majemuk ini terdapat masjid yang merupakan tempat mereka berkumpul dan menghadiri pengajian-pengajian keagamaan. Di sini pula madrasah-madrasah didirikan, dan buku-buku keagamaan didatangkan dari negeri Arab dan Persia, dikirim ke pesantren untuk disalin, disadur, atau diterjemahkan agar dapat disebarluaskan. Di sini pula dirancang strategi penyebaran agama mengikuti jaringan-jaringan emporium yang telah mereka bina sejak lama. Tentu saja, tiga titik pusat peradaban ini saling mendukung satu dengan yang lain, dan saling berinteraksi. Ini tercermin dalam tatanan kota yang dibangun pada zaman kejayaan imperium dan emporium Islam.

C.    Kerajaan Islam di Indonesia
1.    Samudera Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai. Kemunculannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke 13 M. sebagai dalil dari proses islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya[8] Bukti berdirinya kerajaan ini adalah nisan kubur, yang diketahui bahwa raja pertamanya meninggal bulan Ramadhan tahun 696 H, atau sekitar tahun 1297 M.
Malik al-Saleh adalah raja pertama sekaligus pendirinya. Hal itu diketahui melalui tradisi Hikayat Raja- raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga penelitian atas beberapa sumber.
Pendapat bahwa Islam sudah berkembang di sana sejak awal abad ke-13 M, didukung oleh berita Cina dan pendapat Ibn Batutah, seorang pengembara terkenal asal Maroko, yang pada pertengahan abad ke-14 M ( tahun 746 H/ 1345 M) mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya dari Delhi ke Cina. Ketika itu Samudera Pasai diperintah oleh Sultan Malik Al-Zahir, putra Sultan Malik Al-Saleh. Menurut sumber-sumber Cina, pada awal tahun 1282 M kerajaan kecil Sa-mu-ta-la ( Samudera ) mengirim kepada raja Cina duta-duta yang disebut dengan nama-nama muslim yakni Husein dan Sulaiman[9]. Ibnu Batutah menyatakan bahwa Islam sudah hampir satu abad lamanya disiarkan di sana. Berdasarkan beritanya pula, Kerajaan Samudera Pasai ketika itu merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dari berbagai negeri Islam untuk berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan keduniaan.
Dari segi politik, munculnya kerajaan Samudera Pasai abad ke-13 M itu sejalan dengan suramnya peranan maritim kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya memegang peranan penting di kawasan Sumatera dan sekelilingnya.
Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M, kerajaan ini ditaklukan oleh portugis yang mendudukinya selama tiga tahun, kemudia tahun 1524 M dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughatsyah. Selanjutnya, kerajaan Samudera Pasai berada di bawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam[10].
2.    Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Disini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan sebenarnya berdiri. Anas Machmud berpendapat, Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15M, di atas puing – puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah ( 1465- 1497 M). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam[11]. Menurutnya, pada masa pemerintahannya Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan, karena saudagar-saudagar Muslim yang sebelumnya berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah mereka dikuasai Portugis ( 1511 M ). Sebagai akibat penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan dagang yang sebelumnya dari laut Jawa ke utara melalui Selat Karimata terus ke Malaka, pindah melalui selat Sunda dan menyusur pantai Barat Sumatera, terus ke Aceh. Dengan demikian, Aceh menjadi ramai dikunungi oleh para saudagar dari berbagai negeri.
Puncak kekuasaan Aceh terletak pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda ( 1608- 1637). Pada masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir Timur dan Barat Sumatera. Dari Aceh, Tanah Gayo yang berbatasan diislamkan, juga Minagkabau. Hanya orang- orang Kafir Batak yang berusaha menangkis kekuatan- kekuatan Islam yang datang, bahkan mereka melangkah lebih jauh sampai meminta bantuan Portugis[12]. Sultan Iskandar tidak terlalu bergantung kepada bantuan Turki Usmani yang jaraknya jauh. Untuk mengalahkan Portugis, Sultan kemdian bekerja sama dengan musuh Portugis, yaitu Belanda dan Inggris.
Tidak seperti Iskandar Muda yang memerintahkan dengan tangan besi, penggantinya, Iskandar Tsani, bersikap lebih liberal, lembut dan adil. Pada masanya, Aceh terus berkembang untuk masa beberapa tahun. Pengetahuan agama menjadi pesat. Akan tetapi kematiannya diikuti oleh masa-masa bencana. Setelah itu, pemulihan kembali kesultanan tidak banyak bermanfaat, sehingga menjelang abad ke- 18 M kesultanan Aceh merupakan bayangan belaka dari masa silam dirinya, tanpa kepemimpinan dan kacau balau[13].
3.    Demak
Saat posisi Raja Majapahit melemah, penguasa-penguasa Islam di pesisir ingin membentuk pusat kekuasaan yang independen. Maka di bawah Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi raja pertama kerajaan Demak dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama[14]. Pemerintahannya berlangsung kira-kira di akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Dan pemerintahannya tidak berlangsung lama karena, Sunan Prawoto sendiri kemudian dibunuholeh Aria Penansang dari jipang  (Bojonegoro) pada tahun 1549. Dengan demikian, kerajaan Demak berakhir dan dilanjutkan oleh kerajaan Pajang di bawah Jaka Tingkir yang berhasil membunuh Aria Panangsang.

4.    Pajang
Kesultanan Pajang adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris kerajaan Islam Demak. Kesultanan yang terletak di daerah Kartasutra sekarang itu merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di daerah pedalaman pulau jawa. Diperintah oleh Jaka Tingkir. Kekuasan dan kebesarannya tidak lama dan kemudian diambil alih oleh kerajaan Mataram. Jaka Tingkir adalah penguasa Pajang pertama, ia berasal dari Pengging, lereng Gunung Merapi, sekaligus menantu dari Sultan Trenggono, raja Demak ketiga. Setelah menjadi raja yang paling berpengaruh di pulau jawa, ia bergelar Sultan Adiwijaya, pada masanya Sejarah Islam di Jawa mulai dalam bentuk baru, titik politik bepindah dari pesisir ( Demak) ke Pedalaman.peralihan pusat politik itu membawa akibat yang sangat besar dalam perkembangan peradaban Islam di Jawa.
Sultan Pajang meninggal dunia tahun 1587 dan dimakamkan di Butuh, suatu daerah di sebelah barat taman kerajaan Pajang. Riwayat Pajang berakhir tahun 1618. Kerajaan Pajang waktu itu memberontak terhadap Mataram yang ketika itu di bawah Sultan Agung. Pajang dihancurkan, rajanya melarikan diri ke Giri dan Surabaya.
5.    Mataram
Awal dari kerajaan Islam Mataram adalah ketika Pangeran Benawa anak dari Sultan Adiwijaya, meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Penangsang tersebut di atas. Sebagai hadiah atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian.
Pada tahun 1577 M, Ki Gede Pemanahan menempati istana barunya di Mataram, dia digantikan oleh putranya, Senopati, tahun 1584 dan dikukuhkan oleh Sultan Pajang. Senopatilah yang dipandang sebagai Sultan Mataram pertama, setelah Pangeran Benawa, menawarkan kekuasaan kekuasaan atas Pajang kepada Senopati. Meskipun Senopati menolak dan hanya meminta pusaka kerajaan[15], namun dalam tradisi Jawa, penyerahan benda – benda pusaka itu sama artinya dengan penyerahan kekuasaan.
Senopati kemudian berkeinginan menguasai juga semua raja bawahan pajang, tetapi ia tidak dapat pengakuan dari para penguasa Jawa Timur sebagai pengganti Raja Demak dan kemudian Pajang. Melalui perjuangan berat, peperangan demi peperangan, barulah ia berhasil menguasai sebagian.
Senopati meninggal tahun 1601 M, dan digantikan oleh putranya Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M. Dan setelahnya masa pemerintahan hampir tidak reda dari konflik. Pada tahun 1677 M dan 1678 M, pemberontakan para ulama muncul  kembali dengan tokoh spiritual Raden Kajoran. Pemberontakan –pemberontakan seperti itulah yang mengakibatkan runtuhnya kraton Mataram.




BAB III
PENUTUP

Demikian Pemaparan makalah peradaban Islam di Indonesia, yang tentu tidak menutup kita untuk lebih mengetahui dari tulisan makalah ini. Banyak hal lain yang juga sangat penting untuk dimengerti, supaya kita bisa berbangga atas perjuangan pendahulu kita yang melewati jalan yang berliku namun berakhir dengan kejayaan, yang sampai detik ini dapat kita rasakan. Semoga Allah memberikan balasan yang terbaik kepada pendahulu kita yang berjuang menyampaikan risalah Islam kepada manusia. Dan pada akhirnya mohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan dari penulisan makalah ini. Wallahu A’lam bish Shawab.



  
DAFTAR PUSTAKA

1. Yatim MA, Drs Badri.1995. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers
2.    Azyumardi Azra (Ed), Perspektif Islam di Asia Tenggara, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
3.    Taufik Abdullah (Ed). Sejarah Umat Islam Indonesia, Jakarta : MUI
4.    Anas Machmud, “ Turun Naiknya Peranan Kerajaan Aceh Darussalam Di Pesisir Timur Pulau Sumatera”, dalam A. Hasymy
5.    Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, Jakarta : PN Balai Pustaka
6.    Lapidus,Ira.M, sejarah sosial umat Islam , Jakarta: PT Raja grafindo




[1] Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta : PN Balai Pustaka, 1984), hlm.122
[2] Dwi Hartini, Masuknya pengaruh Islam di Indonesia, Selasa, 09 agustus 2011, 12.35 Muhamadiyah   file.php/1/materi/ sejarah/ masuknya pengaruh Islam di Indonesia.
[3] Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVII: Akar Pembaharuan Islam Indonesia, (Jakarta: kencana Prenada Media Group,2004 edisi revisi hal.50
[4] Lapidus,Ira.M, sejarah sosial umat Islam , (Jakarta: PT Raja grafindo,1999), hal.717
[5] Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta : PN Balai Pustaka, 1984), hlm. 26-27
[6] Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta- Rajawali Pers. 2008 hlm.203
[7] Dr. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta- Rajawali Pers. 2008 hlm.200
[8] Uka Tjandrasasmita (Ed.), Sejarah Nasional Indonesia III, (Jakarta : PN Balai Pustaka, 1984), hlm. 3

[9] H. J. De Graaf, “ Islam di Asia Tenggara sampai Abad ke- 18” dalam Azyumardi Azra (Ed), Perspektif Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989), hlm 3
[10] Taufik Abdullah (Ed). Sejarah Umat Islam Indonesia, ( Jakarta : MUI, 1992 ), hlm.55
[11] Anas Machmud, “ Turun Naiknya Peranan Kerajaan Aceh Darussalam Di Pesisir Timur Pulau Sumatera”, dalam A. Hasymy, op. Cit., hlm 286
[12] H. J. De Graaf, “ Islam di Asia Tenggara sampai Abad ke- 18” dalam Azyumardi Azra (Ed), Perspektif Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989), hlm 6
[13] H. J. De Graaf, “ Islam di Asia Tenggara sampai Abad ke- 18” dalam Azyumardi Azra (Ed), Perspektif Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989), hlm 7
[14] Taufik Abdullah (Ed). Sejarah Umat Islam Indonesia, ( Jakarta : MUI, 1992 ), hlm. 69
[15] H. J. De Graaf, “ Islam di Asia Tenggara sampai Abad ke- 18” dalam Azyumardi Azra (Ed), Perspektif Islam di Asia Tenggara, ( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989), hlm 95



Komentar