BAB
I
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah sebesar pujian yang dapat memenuhi
kesyukuran atas nikmat-Nya dan yang seimbang dengan pertambahannya. Rahmat yang
paling utama dan salam yang paling sempurna semoga terlimpah kepada penutup
para nabi dan rasul dari pembawa agama yang sangat bijaksana dan terpelihara
dari segala macam perubahan dan pergantian berkat pemeliharaan Allah Rabb
al-‘Alamin sampai hari kiamat. Semoga terlimpah juga kepada keluarganya,
sahabatnya, dan orang orang yang meniti jalan mereka serta berpegang teguh pada
tali qur’an dan sunah yang kuat.
Hadis
merupakan sumber hukum dalam islam setelah al-Qur’an, Hadis disampaikan oleh
Rasulullah saw. Atas petunjuk Allah swt memerintahkan Rasul-Nya untuk
memberikan penjelasan akan al-Qur’an yang diturunkan padanya, Allah swt.
Berfirman dalam surah al-Nahl ayat 44, “Keterangan-keterangan (mukjizat) dan
kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan pada
umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka
memikirkan.
Dalam rangka untuk mengetahui, apakah suatu hadis yang
kita terima merupakan hadis yang shahih,hasan maupun dha’if,sehingga memudahkan
kita untuk memahami hadis tersebut,apakah hadis maqbul atau mardud.
Selain mengetahui kedudukan hadis tersebut ada juga hal yang harus kita ketahui
mengenai hadis yang ditinjau dari segi pembicaraannnya karena ada hadis yang
redaksinya dari nabi namun maknanya dari Allah Swt maka hadis tersebut
dinamakan hadis qudsi.
A.
Latar
Belakang
A.
Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi hadis qudsi
2.
Bagaimana kandungan yang terdapat dalam hadis qudsi
3.
Bagaimana contoh contoh hadis qudsi
4.
Bagaimana kualitas hadis qudsi
5.
Apa saja kitab kitab kitab yang membahas hadis qudsi
6.
Bagaimana hukum mengamalkan hadis qudsi
B. Tujuan Rumusan Masalah
1.
Mengetahui
definisi hadis qudsi
2.
Mengetahui kandungan yang terdapat dalam hadis qudsi
3.
Mengetahui contoh contoh hadis qudsi
4.
Mengetahui kualitas hadis qudsi
5.
Mengetahui kitab kitab yang membahas hadis qudsi
6.
Mengetahui hukum mengamalkan hadis qudsi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Hadis Qudsi
Secara etimologi kata al-qudsi adalah
nisbah atau sesuatu yang dihubungkan kepada al-quds yang berarti suci. Dengan
demikian hadis qudsi berarti hadis yang dihubungkan kepada zat yang quds yaitu
dihubungkan kepada Yang Maha Suci adalah Allah SWT. Lalu disusuli dengan
pengertian menurut istilah adalah hadis yang diriwayatkan kepada kita dari Nabi
SAW yang disandarkan oleh beliau kepada Allah SWT, dengan arti lain bahwa
sesuatu yang dikhabarkan oleh Allah SWT kepada Rasullah SAW melaui ilham atau
mimpi kemudian baginda menyampaikan dengan menggunakan perkataan baginda
sendiri kepada manusia.
Definisi di atas menjelaskan bahwa hadis qudsi itu adalah perkataan yang bersumber dari Rasul SAW namun disandarkan beliau kepada Allah SWT akan tetapi itu adalah perkataan atau firman Allah SWT. Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi, maka Hadîts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak. Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits.
Definisi di atas menjelaskan bahwa hadis qudsi itu adalah perkataan yang bersumber dari Rasul SAW namun disandarkan beliau kepada Allah SWT akan tetapi itu adalah perkataan atau firman Allah SWT. Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi, maka Hadîts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak. Jumlahnya lebih sedikit dari 200 hadits.
secara
terminologi :
الحديث القدسي ما أضيف إلي رسول
الله صلَي الله عليه وسلَم وأسنده إلي ربَه عز وجلَ
Hadis qudsi adalah hadis yang
disandarkan kepada Rasulullah SAW dan disandarkan kepada Allah SWT.[1]
terdapat banyak definisi dengan redaksi yang berbeda
beda. akan tetapi, dari semua definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
hadis qudsi adalah segala sesuatu yang diberitakan Allah SWT. kepada Nabi SAW,
Selain al-Qur'an yang redaksinya disusun oleh Nabi SAW.
B.
Kandungan Yang Terdapat Dalam Hadis Qudsi
adanya hadis qudsi lebih
kepada taujih al –rabbani atau menberikan arahan-arahan yang
bersifat peningkatan kualitas ibadah dan menanamkan kebenaran aqidah. Berfungsi
juga sebagai penggembleng moral, mendidik perilaku ke arah yang lebih bermakana
dan lebih berkualitas, serta mengisyaratkan akan kebesran sang Khaliq. Secara
umum, isi dan kandungan hadis qudsi bernuansa targhib dan tarhib,
diamalkan sebagai fadhail a’mal. Oleh sebab itu dalam hadis
qudsi tidak terdapat pembahasan yang berkaitan dengan hokum syar’i atau yang
layaknya disebut dengan hadis al-ahkam. Mayoritas kandungan hadis Qudsi adalah tentang akhlak,
aqidah dan syari’ah.[2]
Dilihat cara hadis qudsi
diturunkan tidak jauh berbeda dari cara-cara al-Qur’an diturunkan. Ada yang
diturunkan melalui perantara Jibril ada pula yang turun melalui mimpi. Namun
kondisi yang menyertai turunnya wahyu tidak didapatkan dalam hadis qudsi,
semisal kondisi yang menggigil pada tubuh Nabi saat wahyu turun, adanya suara
gemerincing lonceng, tubuh beliau terasa berat dan sebagainya. Dan setelah
hadis qudsi turun, Nabi tidak memerintahkan par penulis wahyu untuk menulisnya,
ini mungkin yang membedaka antara hadis qudsi dengan al-Qur’an dari aspek
pewahyuannya
C.
Cara mengetahui hadis qudsi
Ada dua bentuk periwayatan hadits qudsi :
1. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ‘azza wa jalla”.
1. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ‘azza wa jalla”.
: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَن
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
" يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الصَّوْمُ لِي، وَأَنَا
أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي، وَالصَّوْمُ
جُنَّةٌ، وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ، وَفَرْحَةٌ حِينَ
يَلْقَى رَبَّهُ، وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ
الْمِسْكِ".
(رواه البخاري (وكذلك مسلم ومالك والترمذي النسائي
وابن ماجه
Diriwayatkan dari Abi Hurairah
r.a., dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
”Allah Azza wa Jalla berfirman, 'Puasa itu untukku, dan Aku yang akan
memberikan ganjarannya, disebabkan seseorang menahan syahwatnya dan makannya
serta minumnya karena-Ku, dan puasa itu adalah perisai, dan bagi orang yang
berpuasa dua kebahagiaan, yaitu kebahagian saat berbuka, dan kebahagiaan ketika
bertemu dengan Tuhannya, dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi
Allah, daripada bau minya misk/kesturi' ”
Hadits riwayat al-Bukhari, dan
begitu juga oleh imam Muslim, dan Imam Malik, dan Tirmidzi dan an-Nasai serta
Ibnu Majah.
2. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah
berfirman….”.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " قَالَ اللَّهُ:
أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ، أُنْفِقْ عَلَيْكَ
(رواه البخاري (وكذلك مسلم
Diriwayatkan dari Abi Hurairah
r.a, sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah
Subhanahu wa ta'ala berfirman, berinfaklah wahai anak adam, (jika kamu berbuat
demikian) Aku memberi infak kepada kalian”.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan begitu juga oleh Imam Muslim.
D.
Contoh Contoh Hadis Qudsi
Hadis ke- 1
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " قَالَ اللَّهُ
تَعَالَى: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ
يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي
كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ
إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا،
وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي
كُفُوًا أَحَدٌ"
(رواه البخاري (وكذلك النسائي
Diriwayatkan dari Abi Hurairah
r.a., bahwasanya Nabi ﷺ bersabda, telah
Berfirman Allah ta'ala: Ibnu Adam (anak-keturunan Adam/umat manusia) telah
mendustakanku, dan mereka tidak berhak untuk itu, dan mereka mencelaku padahal
mereka tidak berhak untuk itu, adapun kedustaannya padaku adalah perkataanya,
“Dia tidak akan menciptakankan aku kembali sebagaimana Dia pertama kali
menciptakanku (tidak dibangkitkan setelah mati)”, aadpun celaan mereka kepadaku
adalah ucapannya, “Allah telah mengambil seorang anak, (padahal) Aku adalah
Ahad (Maha Esa) dan Tempat memohon segala sesuatu (al-shomad), Aku tidak
beranak dan tidak pula diperankkan, dan tidak ada bagiku satupun yang
menyerupai”.
~ Diriwayatkan oleh al-Bukhari
(dan begitu juga oleh an-Nasa-i)
Hadits Ke –2
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " قَالَ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ: الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي، وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي، فَمَنْ
نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا، قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ".
((رواه أبو داود(وكذلك ابن ماجه وأحمد) بأسانيد
صحيحة.(1
Diriwayatkan dari Abu Hurairah
r.a, beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah
'Azza wa Jalla berfirman, 'Kesombongan adalah seledangku, dan keagungan adalah
kain(sarung)ku, barangsiapa bersaing (turut memiliki) dalam salah satu dari
kedua hal tersebut, maka benar-benar akan aku lemparkan dia di dalam neraka' ”
Hadit diriwayatkan oleh Abu
Dawud, begitu juga oleh Ibn Majah dan Imam Ahmad, dengan sanad yang shahih.
Hadits Ke – 10
: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَن
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
" يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الصَّوْمُ
لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ
أَجْلِي، وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ(1)، وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ حِينَ
يُفْطِرُ، وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ، وَلَخُلُوفُ(2) فَمِ الصَّائِمِ
أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ".
(رواه البخاري (وكذلك مسلم ومالك والترمذي النسائي
وابن ماجه
Diriwayatkan dari Abi Hurairah
r.a., dari Nabi ﷺ, beliau bersabda,
”Allah Azza wa Jalla berfirman, 'Puasa itu untukku, dan Aku yang akan
memberikan ganjarannya, disebabkan seseorang menahan syahwatnya dan makannya
serta minumnya karena-Ku, dan puasa itu adalah perisai, dan bagi orang yang
berpuasa dua kebahagiaan, yaitu kebahagian saat berbuka, dan kebahagiaan ketika
bertemu dengan Tuhannya, dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi
Allah, daripada bau minya misk/kesturi' ”
Hadits riwayat al-Bukhari, dan
begitu juga oleh imam Muslim, dan Imam Malik, dan Tirmidzi dan an-Nasai serta
Ibnu Majah.
E.
Kualitas Hadis Qudsi
Kualitas
hadis qudsi seperti hadis nabawi, karena diriwayatkan secara ahad maka
kualitasnya ada yang shahih, hasan dan ada juga yang dha’if. Semua kembali pada Shighah yang digunakan dalam periwayatan
hadis qudsi dengan menggunakan ungkapan ‘Nabi bersabda bahwa Allah berfirman’
atau ‘diriwayatkan dari Nabi bahwa Allah berfirman’. Contoh hadis qudsi
misalnya hadis riwayat Bukhori Muslim dai abi Hurairah bahwa Nabi saw bersabda
Allah berfirman:
اعددت لعبادي الصالحين ما لا عين
رات ولا اذن سمعت ولاخطرعلى قلبي بشر
“Aku telah siapkan
untuk hamba-hamba Ku yang shalih –suatu kenikmatan- yang belum terlihat oleh
mata, belumterdengar oleh telinga bahkan belum terlintas dalam benak manusia.”[3]
F. Kitab Kitab Hadis
Qudsi
Ibn
hajr al-Haitsami (975 H) mengatakan bahwa jumlah hadis qudsi lebih dari seratus
hadis. Imam al-Munawi (1031 H) menginventarisir hadis-hadis qudsi dan
membukukannya dalam karyanya yang diberi nama al-ithafat al-Saniyah fi
al-Ahadits al-Qudsiyyah. Dalam buku tyersebut terdapat 272 hadis qudsi
yang disusun berdasarkan susunan abjadnya namun tidak tercantum sanad-sanadny.
Selain itu, Abu Abdurrahman Ishamuddin al-Dhobabithi juga menyusun kitab
kumpulan hadis-hadis qudsi yang dinamakan Jami’ al-Ahadits
al-Qudsiyyah, terdiri dari tiga jilid berisi 1150 hadis yang
terbagi dalam 67 bab dan kitab ini disusun berdasarkan bab (tematik). Namun
sayangnya -sekalipun terdapat sumber hadisnya- dalam kitab tersebut isinya
bercampur antara hadis qudsi yang shahih, hasan, dho’if bahkan yang maudhu’.[4]
Dalam buku lain dijelaskan bahwa Hadis
Qudsi jumlahnya tidak terlalu banyak, yaitu sekitar 400 buah hadis tanpa
terulang dalam sanad yang berbeda Ia tersebar dalam tujuh kitab induk hadis.
Mayoritas kandungan hadis Qudsi adalah tentang akhlak, aqidah dan syari’ah.
Diantara kitab hadis Qudsi adalah:
1.
Al Ahadis Al
Qudsiyah. Diterbitkan oleh Jumhur Mesir al ‘Arabiyah,
Wuzarah al Auqaf al Majlis al A’la li Syu’un al Islamiyah Lajnah al Sunnah
Cairo.[5]
2.
Al Ithafat Al
Saniyah bi Al Hadis Al Qudsiyah karangan Syeikh Aburra’uf
ibn Ali Al Manawiy. Jumlahnya mencapai 272 hadis. [6]
3.
Al Farq baina Al
Hadis Al Qudsiy wa Al Quran Al Karim wa Al Hadis Al Nabawikarya Nuh ibn Mustafa Al Hanafiy Al Qununiy. [7]
G.
Hukum Mengamalakan Hadis Qudsi
Adapun hadis qudsi tidak disuruh membacanya dalam
salat. Allah memberikan pahala membaca hadis qudsi secara umum saja. Maka
membaca hadis qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yg disebutkan dalam
hadis mengenai membaca Alquran bahwa pada tiap huruf mendapatkan sepuluh
kebaikan
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
- hadis qudsi adalah segala sesuatu yang diberitakan
Allah SWT. kepada Nabi SAW, Selain al-Qur'an yang redaksinya disusun oleh Nabi
SAW.
- adanya hadis qudsi
lebih kepada taujih al –rabbani atau menberikan arahan-arahan
yang bersifat peningkatan kualitas ibadah dan menanamkan kebenaran aqidah.
- Ada
dua bentuk periwayatan hadits qudsi :
1. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ‘azza wa jalla”.
1. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ‘azza wa jalla”.
2. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Allah
berfirman….”.
- Kualitas hadis
qudsi seperti hadis nabawi, karena diriwayatkan secara ahad maka kualitasnya
ada yang shahih, hasan dan ada juga yang dha’if
- Dalam buku lain dijelaskan bahwa Hadis Qudsi jumlahnya tidak terlalu banyak, yaitu sekitar
400 buah hadis tanpa terulang dalam sanad yang berbeda Ia tersebar dalam tujuh
kitab induk hadis.
- Adapun hadis qudsi
tidak disuruh membacanya dalam salat. Allah memberikan pahala membaca hadis
qudsi secara umum saja
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Ulumul Hadis, Dr. Nuruddin “Itr, Dar al-Fikr, Beirut.
2.
Majid Khon, Abdul m.Ag, 2008. Ulumul Hadits, Jakarta. Amzah.
3.
Smeer, Zeid. B, 2008. Ulumul
Hadits pengantar studi hadis praktis, Malang. UIN Press.
4. Smeer, Zeid. B,
2008. Ulumul Hadits pengantar studi hadis praktis, Malang. UIN Press.
5. Drs. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Diktat ‘Ulum Al-Hadits I, hal. 9.
6. Dr. Muhammad ‘Ajaj Al Khatib. Ushul Al Hadis; Pokok-Pokok Ilmu Hadits (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2003), Catatan kaki hal. 18.
7. Dr. Muhammad ‘Ajaj Al Khatib. Ushul Al Hadis. Catatan
kaki hal. 19.
8. Endang Soetari. Ilmu
Hadis; Kajian Riwayah dan Dirayah (Bandung:
Amal Bakti Press, 2000), hal. 57.
Disusun Oleh Ahmad Hudori
sebagai Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadis
Mahasiswa UIN Syahid Jakarta
Jurusan Tafsir Hadis
Dosen : Dr., Harun Rasyid
[2]
Majid Khon, Abdul m.Ag, 2008. Ulumul Hadits, Jakarta.
Amzah.
[6] Dr.
Muhammad ‘Ajaj Al Khatib. Ushul Al Hadis; Pokok-Pokok Ilmu Hadits (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 2003), Catatan kaki hal. 18.
[8] Endang Soetari. Ilmu Hadis; Kajian Riwayah dan Dirayah (Bandung: Amal Bakti Press, 2000),
hal. 57.
Sipp bermanfa'at
BalasHapusiya sama sama
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus